Postingan

Kusat-mesat

Gambar
— Pernah merasa seperti terjebak di satu ubin? Kau tidak bisa terbang, tetapi bisa berjalan melewati ubin lainnya yang penuh dengan duri di sebelah kanan dan beling di sebelah kiri. Kau bisa melangkah maju dengan harapan tidak ada ubin jebakan yang akan membuatmu jatuh ke jurang terdalam bila menginjaknya. Namun, jika kau berpikir untuk mundur, kau harus siap kehilangan jati dirimu. Lucu, ya? Pada akhirnya kau hanya berdiam di tempat tanpa bisa memilih. Saat segalanya terbentang di hadapanmu, kau akan melihat si kaya, si hebat, si jenius, dan si paling beruntung. Di sisi lain akan ada si miskin, si pecundang, si bodoh, dan kau sebagai pemilik seluruh kesialan di dunia. Meski jenius, ia akan iri pada si kaya. Meski, beruntung, ia akan iri pada sebuah kejeniusan. Kemudian, bagaimana perasaan pihak yang penuh lumpur? Menyedihkan, bukan? Ada yang bersyukur telah memiliki sebuah perusahaan, ada pula yang bersyukur karena sanggup menyediakan porsi makan sehari bagi keluarganya. S...

Arabella

Gambar
— Arabella; gadis cantik pemilik jari-jari lentik. Katakanlah mereka bungkam, menahan suara menjadi sunyi senyap penuh geram. Biarkan satu-satunya tetap diam, menghayati derap langkah yang kian tenggelam. Meski terikat malam, kupastikan suasana jauh dari kelam. Arabella, ini perihal dirimu yang pantas mendapat kasih di dunia tanpa perlu meminta. Hangatnya dekap bisa dirasa kapanpun kau suka. Bait-bait dukungan selalu hadir sebagai pemicu gembira. Syair penenang akan mengalun menghapus luka. Untukmu, tepukan lembut diberikan tiap kali jatuh air mata. Arabella, ini tentang dirimu yang walau bukan pemenang, tetap berhak atas bahagia, atas segalanya. Kau bebas tertawa, berduka, dan bercita-cita. Silakan cicipi satu dua rasa, hanya saja jangan ajak lara. Rasakanlah seluruh emosi jiwa. Berhenti melindungi emosi di balik wajah ria, Ara. Seringkali kukatakan tidak mengapa. Arabella, sudahi saja, ya? Semua tidak harus sempurna. Mau bagaimanapun, kau tetaplah manusia.

Demi Masa

Gambar
— Gumpalan itu hampiri Bulan, berbisik-bisik penuh selidik. Menarik. Ragunya perihal sumber cahaya mulai mengusik. Lontarkan segudang tanya menelisik, seolah butirannya akan jatuh bergemercik. Riang sekali Bulan menjawab bahwa segalanya lengkap, masa depan jadi tetap.  Esok, Bulan diantar menemui sang surya. Entitas yang benar-benar punya. Bertatapan mereka, bertukar makna penuh tawa di balik rasa luka. Mulailah alur dalam senyap. Datang hari ruang-ruang berubah pengap, binarnya lenyap. Kenapa, Bulan? Kabur kemana banggamu pada sinar? Kunang-kunang terbang di atas sana, merayu para bintang membujuk Bulan. Hilang. Gelap malam bertukar gemerlap. Hawa suram mencekam berubah tentram. Suasana payah berganti meriah. Dunia lihat mereka melukis seni pada langit hitam. Sudah, kan, Bulan? Jangan terbawa prasangka, teranglah bersama. Demi masa, hasil karyamu yang utama.

Pulang

Gambar
Terinspirasi dari film "Gie" — Aku pulang Sebuah frasa malang Aku pulang Memang rasanya terbayang Aku pulang Namun, hanya tulang Tinggal sebentar Ini dibangun atas pilar Pun disediakan altar Banyak cahaya berpendar Tetapi tidak kutemukan sinar Tanpa ada karat Lengkap dan hangat Sekadar hilangkan penat Beristirahat melawan nekat Tekanan sudutnya pekat Tetap saja ini berat Tidak ada yang salah Hanya aku yang kalah Jiwa-jiwa ikut resah Takut jatuh dan hancur di kawah Mereka pakai topeng susah Katanya, ini rumah Lakunya, harapan diperah Disuruhnya pasrah Si bungsu pun mengalah Aku mengerang Teriakku ingin terang Mauku menghantam tiap palang Kemudian, tersadar di atas pemayang Aku bilang, Aku sudah pulang Pulang pada kerasnya karang Tergores kasarnya petang. Juni, 2021

Noah dan Nora

Gambar
— Ini cerita sederhana. Tentang sayap yang patah, tentang batu yang terkikis, dan tentang kaca yang retak. Noah suka melukis. Nora paham itu lebih dari siapapun, bahkan lebih dari Noah sendiri. Noah benci hujan. Nora pun hafal. Noah berharga, lebih dari apapun. Nora tanam dalam-dalam di hatinya. Sayangnya, Nora sudah jatuh, jauh sebelum mengenal objek favoritnya. "Noah." "Kau juga berhasil kabur lagi hari ini, ya, Nora?" Si gadis mengangguk sebagai jawaban, kemudian tersadar bahwa pandangan Noah sama sekali tidak berpaling ke arahnya. "Iya," lanjutnya. Di atas sana, langit terlihat berseri. Sang surya berpendar cerah, tidak terlalu panas, suasananya teduh. "Hari ini, tentang apa?" Bukit itu terlihat asri. Bukan hanya hijau, warna bunga lainnya menghias bak mahkota. Tempat pertama kali mereka bertemu, membagi cerita, dan mencipta tawa. Baik Noah atau Nora mengerti bahwa tempat sebagus ini harus dirahasiakan dari para manusia tamak. ...

Anca

Gambar
Salah satu bagian dari yang satu ini . — Halo, Ibu. Apa kabar? Semoga dunia tidak membuat Ibu memar. Semoga Ibu masih tegar, sama seperti dulu saat Ibu berlagak kekar di hadapan anaknya yang jatuh terkapar. Bu, setelah membaca ini, tolong jangan biarkan hatimu gusar, ya? Bu, anakmu cacat. Banyak bagian yang tersayat, seluruh harapan telah berkarat. Awan hitam di sekitarnya terlalu pekat. Ada banyak hal yang membuat penat. Hanya saja, ini bukan tentang salat, berkat, ataupun tobat. Ini tentang tongkat. Bu, tolong. Suaranya melolong, mereka bilang sudah tidak tertolong. Isi otak kopong, keyakinan juga kosong. Anakmu ini sedang meringkuk di kolong. Bu, anakmu menangis. Menyaksikan segala mimpi yang berakhir dengan miris. Perih, rasanya hati sedang diiris tipis. Bu, boleh minta peluk sebentar? Bunga di kehidupannya tidak mekar. Bahkan, seperti tidak memiliki akar. Warna pun seakan memudar. Buah hatimu malang, jalan takdirnya sukar, tiada lagi pilar. Bu, anakmu akan masuk ke pet...

Bumantara

Gambar
Didedikasikan untuk Angkasa. — "Menurutmu, bagaimana kematian?" Sang lawan bicara terkekeh pelan, heran dengan sikap temannya. Senyumnya mengembang, ia menjawab, "Abadi." "Bukankah ada kehidupan setelah kematian? Reinkarnasi?" Alis temannya bertaut, pertanda tidak setuju. "Entahlah. Aku belum pernah mati." Helaan napas panjang terdengar. Memang sulit untuk mengajak Sekar bicara secara serius. "Kau tidak takut mati?" Harus Sekar akui bahwa temannya yang satu ini sedikit aneh. Tiba-tiba bertanya tanpa alasan yang jelas, datang padanya hanya untuk mengucapkan salam, memaksanya melukis sesuatu, menyuruhnya menulis dengan bolpoin hijau agar tulisannya terlihat asri. "Tidak. Bahkan, aku ingin," tutur Sekar dengan yakin. Temannya bergidik ngeri. Bagi sebagian orang, Sekar itu periang, terkadang dilihat sebagai orang yang membawa kedamaian. Namun, bagi temannya yang satu ini, Sekar merupakan sosok yang jauh lebih dalam, le...